Coba bayangkan saja, betapa mudahnya sistem pengamanan yang dilakukan oleh jasa pengantaran uang (Cisco) dikalahkan oleh rampok meski pada saat kejadian perampokan ada satu anggota polisi yang mengawalnya. Tapi apalah artinya satu orang polisi meskipun dilengkapi senjata otomatis, jika dibandingkan kawanan rampok yang merencanakan perampokan sangat matang dan mereka berjumlah lebih banyak. Pastilah secara matematis jumlah yang lebih besar akan mengatasi jumlah yang lebih sedikit. Sangat masuk akal. Apalagi, pada dasarnya perampokan ini sebenarnya didalangi oleh sopir Cisco, jadi kawanan ini lebih "siap" untuk melakukan aksinya daripada seorang polisi pengawal yang pasti akan menjalani "rutinitas"nya tanpa adanya perasaan was-was dan cenderung "santai".
Meski saat ini -selang seminggu setelah kejadian perampokan- aparat kepolisian sudah berhasil membekuk 10 orang kawanan rampok dan memburu 4 orang sisanya yang masih bersembunyi sambil menikmati hasil rampokannya, tapi ada beberapa catatan yang ingin dituliskan dalam posting kali ini, yaitu :
- Lemahnya pengamanan jasa pengantaran uang Cisco, jika ini tak diperbaiki maka akan ada lagi perampokan sejenis yang muncul di kemudian hari
- Tidak selamanya ada aparat pengawal membuat uang menjadi lebih aman
- Perampok kurang profesional dalam melakukan aksinya sehingga bisa tertangkap. Mereka tidak belajar dari koruptor kakap yang licin seperti belut sehingga bisa lolos keluar negeri tanpa ketahuan aparat penegak hukum.