Sebagai peserta kontes SEO Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009, saya begitu prihatin setelah melihat di media massa baik itu elektronik maupun cetak yaitu masih tidak berubahnya pola pikir dan pola tindakan yang dilakukan oleh para simpatisan atau kader partai ketika mereka mengadakan kampanye yang terjadi di saat-saat masa kampanye seperti sekarang ini. Satu keprihatinan saya itu adalah masih dilibatkannya anak-anak dalam kegiatan berkampanye, entah itu arak-arakan ataupun ketika melihat "kampanye" dangdut.
Dalam aturan tentang kampanye jelas-jelas disebutkan bahwa yang diperbolehkan untuk ikut berkampanye adalah warga negara yang sudah memiliki hak untuk memilih, jadi jelas dalam hal ini usia peserta kampanye paling tidah ya 17 tahunan. Tapi aturan kampanye yang satu itu seakan-akan tak pernah dianggap oleh sebagian besar peserta kampanye yang sudah tahu aturan tersebut tapi "berlaku" tidak mau tahu tentang adanya larangan tersebut. Seperti contoh gambar yang terlihat di bawah ini :
Anak-anak ikut berkampanye adalah sebuah wujud belum dewasanya cara berpikir dan bertindak entah itu orang tua si-anak, partai yang membiarkan hal itu terjadi dan juga tidak adanya ketegasan si pembuat aturan untuk memberi sanksi bagi siapa saja yang melanggarnya. Kenapa sampai sekarang bangsa ini belum bisa berpikir dan bertindak secara tegas, singkatnya jika sudah aturan ya jangan dilanggar, seperti contoh gampangnya jangan melanggar rambu lalu lintas meskipun waktu itu tidak ada polisi yang ada di sekitar rambu itu. Jadi intinya, menanamkan taat aturan sejak dini adalah nilai yang harus diajarkan kepada siapa saja terutama kepada anak-anak sehingga di masa depan anak-anak yang notabene> penerus negeri ini sudah bisa berpikir dan bertindak sesuai dengan aturan.
Alasan orang tua yang mengajak anak-anaknya untuk ikut pawai kampanye pasti sangat beragam, misalnya jika tidak mengajak anak mereka tidak ada yang menjaga anak mereka ketika mereka ikut kampanye atau ada alasan yang paling konyol yang pernah saya lihat di media televisi yaitu supaya anak-anak tahu tentang demokrasi. Kedua contoh alasan tersebut tentu tidak benar sama sekali, pertama kalau memang tidak ada pengasuh anak mereka ketika mereka ikut kampanye ya kalau saya mendingan ga usah ikut kampanye, toh persoalan kampanye bukanlah persoalan hidup atau mati, masih ada persoalan lain yang lebih penting dan bermanfaat untuk dikerjakan. Dan yang kedua adalah mengajarkan arti demokrasi kepada anak-anak tidak hanya dengan ikut pawai kampanye, demokrasi bisa diajarkan di dalam kehidupan keluarga, anak-anak sudah mempelajari secara tidak langsung arti demokrasi di sekolah mereka seperti misalnya saat memilih ketua kelas, ketua OSIS dan sebagainya. Benar ga ?
>Dan akhir kata, sebagai peserta kontes SEO Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009, saya hanya bisa menilai bahwa masa kampanye Pemilu 2009 ini tidak jauh beda dengan masa kampanye 5 tahun lalu, tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik dalam menjalani masa kampanye Pemilu 2009. Sampai kapan ya, bangsa ini begini terus ?
Sayangi anak-anak Anda, jangan ikutkan mereka dalam kampanye...